,

Diprediksi Pada Tahun 2100 Setengah Populasi Hayati Dunia akan Punah



Lotus-ID - Hai hai geng! Seperti yang kita ketahui, kepunahan suatu spesies merupakan sebuah hal yang pasti karena di dunia ini tak ada yang abadi, bahkan sejak jutaan atau milyaran tahun entah berapa spesies yang menghilang dari muka bumi ini. Tapi bagaimana jika separuh dari populasi flora dan fauna dunia diprediksi punah di tahun 2100?

Studi yang dilakukan oleh peneliti dari World Wildlife Fund, University of East Anglia, dan James Cook University, memperingatkan, kenaikan suhu bisa berdampak buruk pada beberapa wilayah seperti hutan Amazon, pulau Galapagos, Madagaskar, pantai Eropa dan Karibia.

Para peneliti menguji dampak perubahan iklim pada 80 ribu spesies tanaman dan hewan di 35 wilayah yang kaya akan keanekaragaman hayati.

Mereka mengeksplor tiga perubahan iklim di masa depan: kenaikan suhu 2C, 3,2C dan 4,5C.

Hasilnya menunjukkan, kenaikan suhu sebanyak 4,5 derajat celsius memiliki pengaruh buruk pada tanaman dan hewan. Amazon akan kehilangan 69% spesies tumbuhannya. Dan kenaikan suhu 3,2C akan memusnahkan 50% spesies hewan di Amazon.




Studi ini juga menyatakan bahwa kenaikan suhu dan fenomena terkait seperti cuaca yang tidak menentu akan membawa bencana. Secara signifikan mengurangi curah hujan di Mediterania, Madagaskar, dan Cerrado-Pantanal di Argentina.

Hal tersebut memberikan masalah pada pasokan air gajah Afrika yang perlu minum sekitar 150-300 liter air dalam sehari.

Naiknya permukaan air laut juga bisa menenggelamkan tempat berkembang biak harimau di Sundarbans – hutan bakau terbesar di dunia yang berlokasi di garis pantai India dan Bangladesh.

Profesor Rachel Warren, pemimpin penelitian, mengatakan: “Kami mempelajari 80 ribu spesies tumbuhan, mamalia, burung, reptil, dan amfibi. Kami menemukan bahwa 50% spesies tersebur bisa punah dari area tersebut apabila tidak ada kebijakan iklim.”

Tanya Steele, pemimpin eksekutif WWF mengatakan, tempat seperti Amazon dan Galapagos mungkin tidak akan dikenali lagi oleh generasi mendatang karena separuh populasi yang tinggal di sana sudah punah akibat perubahan iklim.

“Satwa ikonik seperti harimau Amur dan badak Jawa berada dalam risiko kepunahan, Begitu pula dengan ribuan tanaman dan makhluk-makhluk kecil lainnya yang menjadi fondasi kehidupan di Bumi."

“Oleh karena itu, kami meminta semua orang berjanji untuk menjaga dan membawa perubahan bagi planet ini,” pungkas Steele.

Penelitian ini dipublikasikan pada jurnal Climate Change.

Bahkan pada 2017 Profesor Georgina Mace dari Centre for Biodiversity and Environment Research di University College London menulis bahwa keanekaragaman hayati dalam hal modal alam dan layanan ekosistem adalah keuntungan finansial yang diberikan oleh alam tanpa dipungut biaya. 

Mulai dari penyaringan karbondioksida dan air melalui pohon hingga serangga yang menyerbuki tanaman secara gratis; seluruh barang dan jasa ini bernilai 125-145 triliun dollar Amerika atau sekitar Rp 1,7-2 kuintiliun per tahun. 

Sayangnya, manusia tidak menyadari nilai tersebut dan menyebabkan kepunahan massal. 

Mace menulis, jika kepunahan yang terjadi pada beberapa waktu belakangan ini memiliki faktor yang sama, maka manusialah yang membawa kerusakan parah pada habitat alami hewan dan tumbuhan. "Mulai dari hutan yang dikonversi menjadi lahan untuk berternak dan bertani, reklamasi, dan polusi dengan dalih perkembangan kota; perubahan iklim berbasis manusia ini sudah mengganggu ekosistem dan menjadi pendorong kepunahan hayati," ujarnya.




Setelah mengetahui hal-hal diatas, bagaimana geng? Apakah kalian tergerak untuk lebih mencintai alam? Apakah kalian percaya dengan prediksi para ilmuwan tersebut atau kalian menganggap semua hanya hipotesis samar belaka?

Yuk coret-coret di komentar ya geng!

Untuk artikel ini, penulis mengutip dari dua sumber yakni NatGeo Indonesia dan Kompas.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar